Waahh, tertunda nulisnya. Kuingat2 dulu....setelah registrasi, dimulailah pembukaan oleh Ketua Panitia, menjelaskan ada 27 peserta dari Brebes mpe Purworejo. Wahh jauh2 yaa? Lalu dijelaskan oleh RP Paul, siapa2 saja pembicaranya. Ada mas Sihar dari SM, RP Agus dari Jakarta, mas Sutriyono (kontributor Ucanews), dan Pramu S dari RB.
Sesi awal (sesi I dan II) dibawakan oleh mas Sigit yang mengajak peserta untuk mau mengubah pola pikir betapa sulitnya menulis menjadi bahwa sesungguhnya menulis sama sekali tidak susah, hanya segampang ngomong. Mas Sigit memotivasi peserta untuk berani dan mau menulis setiap hari, sekecil apapun hal-hal tersebut.
"Menulis bukanlah sebuah produk instan, sekali jadi, namun merupakan sebuah proses yang berlangsung terus-menerus," katanya.
Dia mengajak peserta untuk 'sembuh' dari penyakit sosial yang menganggap bahwa menulis itu lebih sulit dari berbicara, bahwa menulis semestinya hanya untuk hal-hal yang rumit, mulia, serius, berbobot yang intinya terkesan untuk yang 'intelek' saja.
"Jika penyakit sosial ini minimal bisa dikurangi, maka konsep jurnalisme menjadi sesuatu yang semua orang bisa," tambahnya.
Dari sini, mas Sigit masuk ke pengenalan tentang Jurnalisme Warga (Citizen Journalism) yang berangkat dari kenyataan bahwa tidak semua orang bisa menyalurkan tulisannya pada media konvensional yang sudah ada dan lebih mapan, namun bisa menyalurkannya lewat berbagai saluran media komunikasi massa lain yang ada, khususnya via internet. Sehingga semua orang bisa menjadi jurnalis, yang bisa meliput, menggali/mencari, menuliskan, dan menyebarluaskan sebuah peristiwa/informasi.
RP Agus membawakan sesi III (hari I) dan IV (hari II) yang berisi pemaparan konsep dasar Jurnalisme, apa dan bagaimana reportase, news/berita, dan bagaimana hasil kerja reporter diolah dan disajikan dalam sebuah berita. Romo Agus menawarkan sebuah alternatif cara penulisan berita, khususnya dalam konteks straight news (berita lugas), yaitu dengan metode piramida terbalik.
RP Agus menambahkan beberapa tips bagaimana menulis berita, membuat judul dan ending dalam berita serta teknik wawancara dalam mendapatkan berita.
Sesi terakhir untuk weekend pertama ini disampaikan oleh mas Sutriyono, dengan materi teknis penulisan feature. Beliau menjelaskan apa itu Feature (berita lunak), jenisnya, sumbernya, dan sifatnya dari segi waktu yang lebih fleksibel daripada straightnews. Mas Sutri menambahkan bahwa Feature bisa diambil dari lingkungan di sekitar peserta, baik masyarakat umum, komunitas (misal Gereja) atau interaksi keduanya, selanjutnya pembicara menawarkan konsep fish-bone (tulang ikan) untuk membantu peserta menuliskan Feature. Akhirnya peserta diajak untuk mencermati beberapa contoh Feature yang diharapkan memperjelas penjelasan mas Sutri dalam sesi ini.
Acara ditutup dengan beberapa tambahan seperti penugasan bagi peserta untuk membuat straightnews dan Feature serta memperkenalkan website KP. RP Paul melepas peserta dengan pesan agar hadir kembali pada weekend II Pelatihan Jurnalistik di tempat yang sama tiga minggu mendatang.